Syirik Terhadap Allah dan Bahayanya

Syirik Terhadap Allah dan Bahayanya
Oleh : DR. KH. Abun bunyamin, MA 
(Pimpinan Ponpes. Al-Muhajirin Purwakarta)

Q.S. Ali Imran : 151

سَنُلْقِيْ فِيْ قُلُوْبِ الَّذِيْنَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَآ اَشْرَكُوْا بِاللهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطٰنًا وَمَأْٰويهُمُ النَّارُ وَبِئْسَ مَثْوَى الظّٰلِمِيْنَ

Akan Kami masukkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan keterangan tentang itu. Dan tempat kembali mereka ialah neraka. Dan (itulah) seburuk-buruk tempat tinggal (bagi) orang-orang zalim.

Imam as-Sadiy rahimahullah menjelaskan bahwa ketika Abu Sufyan dan kaum musyrikin berangkat menuju Mekah, mereka sampai di tengah perjalanan, lalu mereka pun menyesal dan berkata: “Alangkah buruknya perbuatan kita. Kita membunuh mereka hingga hancur dan hanya menyisakan segolongan kecil saja. Kembalilah kalian dan binasakanlah mereka semua." 

Ketika mereka bertekad untuk melakukan hal tersebut, Allah Ta’ala memasukkan rasa takut di dalam hati mereka, sehingga mereka akhirnya tidak jadi melakukan niat tersebut dan Allah Ta’ala menurunkan ayat 151 Q.S. Ali Imran ini.

Ayat ini, sebagaimana disebutkan dalam tafsir al-Munir, termasuk bukti pertolongan dan perlindungan Allah ‘Azza wa Jalla untuk kaum mukminin yaitu memasukkan rasa takut dalam hati orang-orang kafir karena perbuatan syirik mereka terhadap Allah dan menjadikan patung, batu, serta sesembahan lain selain Allah padahal tidak tegak satu hujjah atau dalil aqli maupun rasa pun tentang layaknya mereka untuk disembah. 

Yang dijadikan hujjah oleh mereka adalah perilaku taqlid mereka terhadap nenek moyang yang telah lebih dahulu menyembah mereka.

Hal ini menyebabkan mereka berhak mendapatkan neraka sebagai tempat tinggal mereka di akhirat karena kedzaliman, kekufuran, serta penentangan mereka terhadap kebenaran dan pelaku-pelakunya. 

Orang-orang kafir itu jika mereka melihat kaum mukminin memegang teguh agama Islam, keraguan dalam diri mereka semakin bertambah sehingga lambat laun berubah menjadi ketakutan.

Ayat ini tambah Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjadi dalil batalnya kesyirikan baik secara akal maupun rasa. Selain itu, kesyirikan pula berdampak negatif dalam jiwa pelakunya, karena kesyirikan tidak mendatangkan ketenangan dan kekuatan sedikitpun pada jiwa pelakunya, bahkan yang hadir hanyalah kegelisahan dan ketakutan setiap saat.

Syirik, Bahaya, dan Penyebabnya

Syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah seperti dzat makhlukNya. 

Akidah ini dianut oleh kelompok mujassimah. Syirik secara sifat artinya seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah. Dengan kata lain, mahluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Tidak ada bedanya sama sekali.

Sedangkan syirik secara perbuatan artinya seseorang meyakini bahwa makhluk mengatur alam semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik secara ibadah artinya seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah.

Syirik adalah sebesar-besar dosa yang wajib kita jauhi, karena perbuatan syirik  menyebabkan kerusakan dan bahaya yang besar, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ

Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (Q.S. Ar Ruum: 31-32)

Ada tiga sebab fundamental munculnya prilaku syirik. Pertama, Al-jahlu (kebodohan) adalah sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. 

Dalam kondisi yang penuh dengan kebodohan itu, orang-orang cenderung berbuat syirik. Karenanya semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan berbuat syirik semakin kuat.

Kedua, sebab perbuatan syirik selanjutnya adalah dha’ful imaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah cenderung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat. Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu untuk menguasai diri seseorang. 

Ketika seseorang dibimbing oleh hawa nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya, datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya penampilannya tetap memikat hati orang banyak.

Ketiga, taqlid adalah ikut-ikutan secara membabi-buta. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّا وَجَدْنَآ ءَابَآءَنَا عَىَ  أُمَّةٍ وَإِنَّا عََن ءَاثَرِهِمْ مُّقْتَدُوْنَ

Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama dan sesungguhnya kami adalah pengikut jejak-jejak mereka. (Q.S. Az-Zukhruf: 23)

Salah satu cara untuk menghindari tiga penyebab kesyirikan itu adalah dengan mencari ilmu agama yang benar dan lurus. Karena tidak mungkin bisa merealisasikan sesuatu kecuali harus mengilmui hakikat sesuatu itu. Tidak mungkin terlepas dari syirik, bid’ah dan maksiat kecuali seseorang mengetahui haramnya hal tersebut.

Ibnu Mas’ud Radhiyallaahu ‘anhu berkata, “Cukuplah rasa takut kepada Allah itu disebut sebagai ilmu. Dan cukuplah tertipu dengan tidak mengingat Allah disebut sebagai suatu kebodohan.”

Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan taufik dan hidayah kepada kita agar senantiasa terhindar dari segala bentuk kesyirikan yang membahayakan kita di dunia dan di akhirat. Aamiin.

Sumber : Pondok Pesantren Al-Muhajirin Purwakarta [almuhajirin.ac.id]

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER