Anak Krakatau Berstatus Siaga, Warga Diminta Tidak Mendekati Pantai Selat Sunda


Bandung, Jatiluhuronline.com – Pasca Tusnami di Banten dan Lampung Selatan, saat ini Gunung Anak Krakatau berstatus siaga. 

Sekretaris Badan Geologi Kementerian ESDM Antonius Ratdomopurbo menyampaikan, pihaknya tidak bisa memprediksi sebab akibat dari erupsi Anak Krakatau yang saat ini berstatus siaga.

“Itu kan longsoran, itu tergantung volume. Longsoran terjadi begitu saja, tidak bisa kausal. Tidak hubungan sebab akibat,” ujarnya saat dihubungi Kantor Berita Politik RMOL (Pojokjabar.com group), Kamis (27/12).

Pihaknya terus memantau aktifitas perkembangan anak Krakatau hingga memungkinkan terjadinya letusan yang membahayakan.

“Kami memantau bagaimana aktifitas Krakatau-nya, dia meletusnya bagaimana. Sehingga dimungkinkan untuk dinaikkan menjadi jangka dengan radius yang diperluas sampai lima kilometer,” paparnya.

Hingga kini, pihaknya tidak bisa memastikan bahwa kondisi di kemudian hari apakah erupsi akan menurun atau meningkat. Sebab selama enam bulan erupsi anak Krakatau cenderung stagnan.

“Kalau beberapa hari ini masih stagnan akan terus memantau. Tetapi aktifitas Gunung Anak Krakatau itu kan selama ini berbulan-bulan. Ada yang lebih dari satu tahun, ada beberapa bulan. Karena ini sudah enam bulan, jadi ini yang kita pantau terus. Kalau ada perubahan perubahan kita akan infokan,” demikian Purbo.

Gunung Anak Krakatau sendiri mulai mengalami erupsi sejak 29 Juni 2018. Kemudian kembali mengeluarkan letusan hingga 22 Desember berupa letusan strombolian yang menyebabkan tsunami.

Sementara itu, demi menghindari terjadinya tsunami susulan, maka warga diimbau tidak beraktivitas di radius 1 km dari bibir pantai Selat Sunda. Hal ini lantaran aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau masih belum berakhir.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggungan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebut bahwa imbauan itu dikeluarkan resmi oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

“PVMBG juga merekomendasikan masyarakat dan wisatawan dilarang melakukan aktivitas di dalam radius dari puncak kawah Gunung Anak Krakatau,” terangnya.

Sementara itu, Sutopo terus meminta masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan. Caranya dengan selalu memperhatikan informasi dari PVMBG untuk peringatan dini gunung api.

“Juga BMKG untuk peringatan dini tsunami selaku institusi yang resmi. Itu ketentuan di Indonesia,” tutupnya. (rmol/pojokjabar/jo)

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER