Aksi Umat Islam Purwakarta Soal Muslim Uighur di Cina

Purwakarta, Jatiluhuronline.com - Tragedi yang menimpa muslim Uighur di Cina, memantik kepedulian kaum Muslimin Purwakarta. Ratusan massa yang di koordinir oleh Forum Silaturahmi Umat Islam Purwakarta (FS-UIP) menyampaikan kepeduliannya dengan berkumpul melakukan longmarch dari Kampus UPI Purwakarta hingga Pertigaan BTN, Purwakarta, pada Ahad (22/12/2019) untuk menyampaikan orasi kepeduliannya.

Dalam orasinya, Ustadz Adriansyah Bahrun, Ketua FS-UIP menyatakan bahwa langkah yang saat ini ditempuh oleh negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia, dengan mengecam dan mengutuk tindakan brutal atas etnis muslim Uyghur belumlah cukup karena nyatanya, meski sudah sering dilakukan, cara semacam itu tak menghilangkan penindasan terhadap kaum muslimin.

Beliau mendorong adanya upaya pengerahan pasukan, “Kami dorong setiap pemimpin di negeri kaum muslimin mengirim pasukan. Itulah hal nyata yang bisa membebaskan mereka dari penjajahan,” tegasnya.

Sementara itu, Kyai Roni Ruslan, Pimpinan Ponpes Darussalam Purwakarta, menegaskan bahwa apa yang terjadi di Uighur dengan terang menjelaskan siapa yang layak di cap sebagai teroris dan radikalis sesungguhnya. Ia mengutip salah satu lembaga di Prancis yang menyampaikan riset, bahwa 80% korban penjajahan hari ini adalah muslim. Namun ironisnya, dalam banyak kasus, justru muslim dituduh sebagai pelaku kekerasan.

“Pembantaian muslim Uighur, siapa pelakunya? Di Rohingya, pelakunya Islam bukan? Di Palestina, pelakunya Islam atau Yahudi? Di Papua, apakah yang membunuhi warga itu Islam? Tapi kenapa yang dituduh bersalah itu selalu muslim?” Tanyanya retoris.

Dalam kesempatan tersebut, hadir juga Pimpinan Ponpes Nurrahman al-Burhaniy, sekaligus ketua Persatuan Ulama Purwakarta, KH Asep Djamaludin. Dalam orasinya, ia menyerukan kaum Muslimin agar mengerahkan berbagai upaya dalam  merespon kasus Uighur.

Menurutnya, umat Islam harus kompak dan bersatu dalam menunjukan sikapnya, tidak terpecah belah dalam merespon penindasan sebagaimana yang terjadi di Cina. “Sesama muslim adalah bersaudara,” jelasnya.

Adapun Ustadz Asep Hamdani, Ketua Persaudaraan Alumni 212 Purwakarta, menyayangkan sikap pemerintah belakangan ini, yang cenderung melemahkan pergerakan kaum Muslimin yang vokal dalam menyuarakan pembelaan terhadap penindasan dan kezaliman yang menimpa kaum Muslimin.

“Pertama, kita tahu, HTI dibubarkan oleh Pemerintah. Sekarang, FPI dipersulit juga izinnya. Padahal, keduanya diantara kekuatan perjuangan Islam,” tegasnya.

Sementara dalam konteks yang lebih praktis, Feby Afuza, Ketua LBH Pelita Umat Purwakarta meminta pemerintah untuk melakukan langkah diplomatik yang tegas kepada Cina. 

“Sampaikan nota protes secara resmi. Panggil juga Dubes Cina dan kembalikan ke Negara asalnya,” katanya.

Dalam acara yang berlangsung dari pagi hingga menjelang zuhur tersebut, hadir juga tokoh-tokoh lain yang sebagiannya turut menyampaikan orasinya. Diantaranya, Ustadz Joy, dari Ponpes Al-Islam Purwakarta, Ovan Ghozali dari LBH Pelita Umat Jawa Barat, Hilman Syah, tokoh dari kalangan akademisi, dan yang lainnya. (ah/mu)


SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER