Kang Faturohman : "Tak Ada Manusia yang Sukses Tanpa Campur Tangan Seorang Guru"

Ust. Faturohman, guru ngaji dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqomah, Mustika Jaya, Bekasi.
Bekasi, Jatiluhuronline.com – Di indonesia, setiap tanggal 25 November selalu di peringati sebagai hari guru nasional, hal itu ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994.

Menjadi seorang guru merupakan tugas yang sangat mulia, karena melalui wasilah para gurulah ilmu itu bisa tersampaikan. Menjadi seorang guru bukanlah hal yang sangat mudah, tetapi perlu keterampilan yang khusus supaya bisa menjadi guru yang professional.

Begitu banyak jasa guru-guru selama ini, yang telah mengorbankan jiwa, raga, waktu, tenaga, pikiran dan yang lainnya demi mendidik murid-muridnya. Baik itu guru dari pendidikan formal, in formal maupun non formal, semuanya yang telah mendidik dengan penuh kesabaran, ketawakalan, keikhlasan agar menjadi orang yang baik, berbadan sehat, berilmu dan berakhlak mulia.

Seperti disampaikan oleh seorang guru ngaji sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Al-Istiqomah Mustika Jaya, Bekasi, Jawa Barat (Ust. Faturohman), yang tetap eksis dalam mengajar dan mendidik murid-muridnya. Ia mengatakan bahwa mensejahterakan guru itu sudah menjadi kewajiban muridnya. 

“Tak ada manusia yang sukses tanpa campur tangan seorang guru, mensejahterakan kehidupan guru menjadi kewajiban bagi muridnya yang sudah bisa mandiri dan mapan” tuturnya saat dihubungi Jatiluhuronline.com melalui media sosial. Minggu, (25/11/2018).

Jika seorang murid tidak menghormati ilmu dan guru, maka murid tersebut tidak akan memperoleh ilmu. Karena jika menginginkan ilmu yang kita pelajari, disamping kita mencintai ilmunya, mesti mencintai wasilah yang menyampaikan ilmu tersebut, yaitu guru.

Namun sangat disayangkan, posisi guru yang dalam Islam begitu sangat dimuliakan, berbanding terbalik ketika pendidikan berkiblat kepada pendidikan materialisme. Guru saat ini tidak lagi dihargai sebagai guru di hadapan murid-murdinya. Terkadang kita menemukan beberapa murid yang tidak lagi memandang guru sebagai halnya seorang guru. Sehingga hilanglah jiwa kewibawaan guru tersebut.

“Tiada ilmu yang berkah tanpa ridho guru yang mendidik dengan penuh keshabaran dan kasih sayang, mohon maaf para guru, kami belum bisa berkhidmat dan ta'dzim selayaknya yang dicontohkan alim ulama terdahulu, kami sedang belajar dan berusaha maksimal, untaian do'amu adalah motivasi bagi kami, semoga ilmu yang engkau berikan menjadi keberkahan di dunia dan akhirat kelak”, ungkap Kang Fatur di akun media sosialnya. (*/M)

SUBSCRIBE TO OUR NEWSLETTER