Tradisi cukur rambut gimbal di dataran Dieng
Tradisi cukur rambut masyarakat di dataran Dieng |
BUDAYA - Di Dataran Tinggi Dieng (Dieng
Plateau) ada tradisi rutin tiap tahunnya yang sangat menarik yaitu
upacara ruwatan cukur rambut gimbal pada anak-anak. Acara tahunan yang
cukup terkenal di mancanegara ini berisikan sebuah upacara ruwatan
sebelum anak-anak yang berambut gimbal itu dicukur. Menurut kepercayaan
setempat diadakannya acara ruwatan ini berkaitan dengan legenda Kyai
Kolodete yang merupakan cikal bakal pendiri Kabupaten Wonosobo yang
konon selalu mengadakan upacara ruwatan terlebih dahulu sebelum mencukur
anak-anak yang berambut gimbal karena konon anak-anak yang berambut
gimbal dianggap bisa membawa musibah di kemudian hari, tapi bila diruwat
anak-anak itu dipercaya dapat mendatangkan rezeki. Disamping itu, bila
anak yang dicukur tidak melakukan ruwatan terlebih dahulu maka rambut
yang akan tumbuh setelah dicukur akan tetap gimbal dan lagi anak
tersebut bisa sakit-sakitan.
Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari kelahiran
sang anak) sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu
(nilai kelahiran anak yang akan diruwat) dengan persiapan khusus seperti
tempat upacara dan benda-benda sesaji. Sesaji yang biasanya disiapkan
untuk upacara ini sendiri antara lain tumpeng, ingkung ayam (ayam besar
utuh), gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah
uang, payung, tumpeng putih dengan dihiasi buah-buahan yang ditancapkan,
jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh
manis dan pahit, selasih, susu, jawawut dan permintaan anak yang
diruwat. Tempat upacaranya sendiri adalah di Goa Semar yang terletak
diarea obyek wisata Telaga Warna.
Acara ruwatan ini mula-mula dibuka dengan sambutan oleh salah satu
pelaksana upacara. Kemudian setelah sambutan-sambutan selesai maka
prosesi upacara pun dimulai. Dengan diiringi bebunyian gamelan sang
dukun mulai memandikan anak yang akan dicukur rambutnya. Air yang
dipakai oleh sang dukun untuk memandikan anak yang akan dicukur ini
sendiri diambil dari mata air yang dianggap bertuah di Dataran Tinggi
Dieng. Kemudian setelah dimandikan maka disiapkanlah sesaji-sesaji yang
akan dipakai dalam prosesi upacara ruwatannya yakni tumpeng putih dengan
dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut
gimbal. Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai
rambut gimbalnya. Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak),
jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh
manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya.
Setelah segala sesaji untuk upacara telah lengkap semua maka sang dukun
pun memanjatkan doa untuk kemudian mengasapi kepala sang anak yang akan
dicukur dengan asap kemenyan yang telah didoakan tadi. Selanjutnya
barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut dengan
sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut
gimbal lalu mencukurnya satu-satu.
Rambut-rambut yang telah dipotong tadi kemudian dibungkus dengan kain
putih dan lalu dilarung ke Telaga Warna atau sungai yang ada di Dieng.
Seiring dengan dilarungnya rambut gimbal ke sungai atau ke Telaga Warna
dengan ini maka berakhirlah acara prosesi upacara ruwatan cukur rambut
gimbal ini. [arsipbudayanusantara]-(*)
0 Response to "Tradisi cukur rambut gimbal di dataran Dieng"
Posting Komentar