Ancaman Demam Berdarah, Masyarakat Harus Proaktif Lakukan Pencegahan
Purwakarta, Jatiluhuronline.com – Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Purwakarta Muh. Zubaedi mengatakan, sejak awal tahun 2019 hingga Kamis (22/1/2019) ada 76 kasus masyarakat di Purwakarta yang diduga mengidap DBD.
"Ada 76 kasus DBD, tapi itupun masih terduga, belum semuanya dinyatakan positif DBD," kata Zubaedi, Selasa (22/1/2019).
Dari kasus penyakit yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti pada tahun 2018 itu ada ratusan. Setidaknya ada 263 orang di Purwakarta yang memiliki gejala demam berdarah.
“Ada peningkatan, karena perubahan cuaca saat ini yang kadang panas dalam waktu lama, terus hujan tiba-tiba. Keadaan itu bisa menjadi penyebab hidupnya jentik nyamuk, mungkin karena cuaca saat ini lebih ekstrim dibandingkan tahun lalu. Tapi tidak ada laporan DBD yang mengakibatkan kematian," ucapnya.
Para penderita DBD di Purwakarta saat ini didominasi oleh orang dewasa. Pada awal tahun ini, yang paling banyak warganya terdeteksi gejala DBD ialah di Kecamatan Bungursari dan Pasawahan.
Sementara, pada tahun 2018, wilayah Kecamatan Munjul lah yang paling banyak terdeteksi gejala DBD. Wilayah yang berpotensi menjadi penyebaran DBD itu di area perkotaan, padat penduduk dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kurang.
"Adanya genangan air, jarang melakukan gerakan menutup, menguras, dan mengubur (3M). Oleh karena itu masyarakat sendiri yang harus proaktif melakukan pencegahan," ujarnya.
Ia pun telah mengintruksikan ke semua rumah sakit maupun Puskesmas di wilayah Purwakarta untuk melakukan sosialisasi ke warga dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Diharapkan, dengan adanya sosialisasi tersebut warga bisa melakukan menanganan terjadinya DBD, seperti menutup, menguras, dan mengubur (3M) secara rutin. Serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Pengurangan kasus DBD yang paling efektif itu ialah masyarakatnya sendiri yang harus proaktif melakukan pencegahan," kata Zubaedi.
Zubed pun mengatakan, melakukan fogging focus itu adalah tahap terakhir dari pihaknya untuk memberantas nyamuk. Sebab, pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat sendiri, menurutnya adalah langkah yang paling efektif untuk menurunkan jumlah kasus DBD.
Melalui Kelompok Kerja Operasional Pengendalian DBD (Pokjanal DBD), pihaknya akan melakukan pemantauan dan menjelaskan kepada masyarakat akan PHBS. Terdapat 40 petugas yang mewakili seluruh Puskesmas di Purwakarta, akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Selain itu tugasnya pun memantau warga secara berkala, khususnya daerah yang memiliki potensi berkembang biak nyamuk Aedes Aegypti.
"Rata-rata pokja itu sudah berjalan di setiap kecamatan. Kami pun telah melakukan pelatihan kepada 40 orang untuk memahami PHBS, PSN, dan Jumatik," ujarnya. (***/MH)