Mengenal Virus Corona yang Tengah Viral di Jagat Raya
Kesehatan, Jatiluhuronline.com - Dunia tengah dihebohkan dengan adanya
Virus Corona, virus ini diketahui jenis virus terbaru atau 2019-nCov.
Kemunculan pertamanya ada di Wuhan, China, kemudian menyebar ke negara lainnya. Bahkan Indonesia sendiri tengah dalam kondisi siaga satu.
Melansir dari cnnindonesia, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio menjelaskan
virus corona merupakan satu keluarga besar virus yang sejenis. Umumnya,
sirkulasi peredaran terjadi di antara hewan.
Namun, enam jenis di antaranya yang memang bisa menyerang manusia. Termasuk,
virus corona yang diidentifikasi di Wuhan tersebut. Karena itu pula virus ini
disebut sebagai novel.
"Karena ditemukan pada 2019 maka disebut 2019-nCov," tutur
Amin saat diwawancara CNNIndonesia TV, Senin (27/1).
Namun, jumlah kasus virus corona jenis baru ini masih jauh lebih kecil
dibandingkan dengan MERS-CoV dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV).
Angka kematian akibat SARS bisa mencapai 80 persen, sementara MERS antara 30-40
persen. Sedangkan virus corona ini baru sekitar di angka 4 persen.
Kendati begitu, Amin mengingatkan, tingkat penyebaran virus ini rentan
meluas. Ini karena orang yang terserang tak menunjukkan perubahan mencolok.
Selain itu, gejala virus corona nyaris mirip dengan orang yang hendak terserang
flu.
"Karena yang sudah tertular, tidak mengetahui, belum ada gejalanya
jelas, tapi dia sudah pergi ke mana-mana. Karena ini berbeda dengan SARS, yang
lebih cepat munculnya," jelas Amin lagi.
Itu sebabnya, ada baiknya pelbagai gejala ini harus sedini mungkin
diwaspadai. Amin menerangkan, orang yang terserang virus ini biasanya menderita
demam disertai batuk.
"Jadi kriterianya demam, dengan batuk. Atau, sesak napas dan yang
berat lagi kesulitan bernapas," sambung dia.
Senada dijelaskan dalam keterangan tertulis Rumah Sakit Awal Bros Bekasi
Timur. Gejala virus corona ini antara lain demam, lemas, batuk, dan sesak
napas. Beberapa indikasi medis bahkan ditemukan lebih berat. Misalnya pada
orang yang sudah lanjut usia atau yang memiliki penyakit penyerta lain.
"Ini memiliki risiko lebih tinggi memperberat kondisi. Adapun
dampak terburuk yang dapat terjadi adalah infeksi berat (sepsis), kondisi syok,
gagal pernapasan hingga meninggal," tulis keterangan tertulis pihak RS
Awal Bros Bekasi Timur.
Namun setelah menemukan gejala-gejala di atas, masih ada sejumlah hal
yang juga perlu dicek. Yakni soal riwayat kontak orang yang masuk kategori
suspek atau terduga.
"Harus dikaitkan dengan riwayat kontak. Tidak selalu bepergian,
bisa dia bepergian di wilayah endemis atau bisa juga dia kontak dengan orang
yang baru pulang dari daerah itu. Orang itu mungkin belum sakit, tapi sudah
membawa virusnya," Amin menjelaskan.
Sementara pihak RS Awal Bros membeberkan lebih detail indikasi medis
yang dapat memungkinkan seseorang masuk kategori suspek atau terduga. Pertama,
pasien dengan gejala tersebut namun dalam kondisi yang berat dan membutuhkan
perawatan di rumah sakit yang diketahui memiliki riwayat perjalanan ke Wuhan,
China selama 15 hari terakhir atau, pasien merupakan petugas kesehatan yang
merawat pasien infeksi saluran akut respirasi yang berat.
Kedua, pasien dengan gejala yang disebut di atas pernah berkontak erat
dengan orang yang terjangkit virus corona, atau pernah berkunjung ke pasar
hewan hidup di Wuhan atau, merupakan pengunjung atau petugas kesehatan di rumah
sakit yang menangani kasus virus corona.
Bila menemukan gejala-gejala tersebut, Dokter Spesialis Paru RS Awal
Bros Bekasi Timur, dr. Annisa Sutera Insani menyarankan sejumlah tindakan. Kata
dia, pasien yang mengalami gejala corona virus sebaiknya langsung dirujuk ke
rumah sakit.
Selanjutnya, dalam penanganan perlu segera dilakukan foto toraks hingga
uji diagnostik melalui swab tenggorokan atau pemeriksaan dahak.
"Jika tidak bisa dirujuk, segera kunjungi rumah sakit lainnya dan
sebaiknya pasien harus dirawat di ruang isolasi dan lakukan foto toraks
berkala, terapi simptomatik (terapi yang dilakukan berdasarkan gejala yang
dialami), terapi cairan, ventilator mekanik (bila terjadi gagal
pernapasan)," jelas Annisa.
Ia melanjutkan, jika gejala yang dialami itu disertai infeksi bakteri
maka pasien dapat diberikan antibiotik berdasar petunjuk dokter. (cnn/jto/rs)